Hai,
Aku mau berbagi sedikit cerita nih.
Beberapa minggu lalu, aku kembali cek kesehatan, check-up maksudku.
Aku melalui nya dengan tidak semangat, aku malu, aku terus-terusan merepotkan kedua orangtuaku. Sebenarnya, aku juga tidak mau melaui fase ini, setiap saat, setiap waktu, obat menemaniku, satu, dua, bahkan sampai 6 dalam sehari.
Namaku dipanggil, aku masuk dengan langkah gontai, ditemani ayahku. semoga cepat berakhir, batinku.
Dokter sedikit mengerutkan dahinya, dan bilang kalo aku harus melanjutkan pengobatan itu, lagi, dua bulan lagi. Aku terkejut, ingin rasanya aku menangis, aku melirik ke arah ayahku, ku perhatikan raut wajahnya, aku bisa melihat, dia begitu tidak percaya.
Dokter bilang, aku tertular, bukan kambuh.
Aku sedikit meringis, bagaimanapun juga aku berhubungan baik dengan oranglain. Mana mungkin aku tertular.
Aku sedikit takut.
-Flashback
Rontgen pekan lalu, aku melihat seorang ibu, raut wajahnya tergambar sudah menunggu sejak tadi, saat aku duduk disebelahnya, tidak ada satu orang pun yang memulai pembicaraan, namun, beberapa menit kemudian, beliau berkata "yang keberapa kali?"
Aku menoleh dan berkata "yang ketiga kali bu" aku mengucapkannya sambil tersenyum getir.
Ibu itu memandang ke sembarang arah, "ibu yang keempat kali, semoga sampai disini, biaya pengobatannya mahal, setiap kontrol 600 ribu"
Aku sedikit tersenyum mendengar penuturannya. Ternyata, bukan cuma aku yang tersiksa sendiri.
Aku bersyukur, aku dipertemukan dengan orang yang sama-sama merasakan.
Setelah itu, aku melirik ke arah pintu masuk, ada anak perempuan, yang aku kira seangkatan denganku, aku sedikit tersenyum.
Setelah registrasi, rupaya dia anak kelas 2 SMP. Ini kali pertamanya dia rontgen.
Namanya dipanggil, ku lihat ia begitu ragu, Mama nya mendampingi, namun sesaat setelah itu, petugas bilang, "sendiri aja de"
Dia menoleh ke arah Mama nya, "gak papa kak, Mama tunggu disini"
Aku jadi ingat saat pertama kali rontgen, mungkin gak beda jauh sama dia.
Setelah itu banyak yang berdatangan dengan riwayat yang berbeda-beda
Akhirnya aku sadar,
Aku tidak sendiri...
Aku mau berbagi sedikit cerita nih.
Beberapa minggu lalu, aku kembali cek kesehatan, check-up maksudku.
Aku melalui nya dengan tidak semangat, aku malu, aku terus-terusan merepotkan kedua orangtuaku. Sebenarnya, aku juga tidak mau melaui fase ini, setiap saat, setiap waktu, obat menemaniku, satu, dua, bahkan sampai 6 dalam sehari.
Namaku dipanggil, aku masuk dengan langkah gontai, ditemani ayahku. semoga cepat berakhir, batinku.
Dokter sedikit mengerutkan dahinya, dan bilang kalo aku harus melanjutkan pengobatan itu, lagi, dua bulan lagi. Aku terkejut, ingin rasanya aku menangis, aku melirik ke arah ayahku, ku perhatikan raut wajahnya, aku bisa melihat, dia begitu tidak percaya.
Dokter bilang, aku tertular, bukan kambuh.
Aku sedikit meringis, bagaimanapun juga aku berhubungan baik dengan oranglain. Mana mungkin aku tertular.
Aku sedikit takut.
-Flashback
Rontgen pekan lalu, aku melihat seorang ibu, raut wajahnya tergambar sudah menunggu sejak tadi, saat aku duduk disebelahnya, tidak ada satu orang pun yang memulai pembicaraan, namun, beberapa menit kemudian, beliau berkata "yang keberapa kali?"
Aku menoleh dan berkata "yang ketiga kali bu" aku mengucapkannya sambil tersenyum getir.
Ibu itu memandang ke sembarang arah, "ibu yang keempat kali, semoga sampai disini, biaya pengobatannya mahal, setiap kontrol 600 ribu"
Aku sedikit tersenyum mendengar penuturannya. Ternyata, bukan cuma aku yang tersiksa sendiri.
Aku bersyukur, aku dipertemukan dengan orang yang sama-sama merasakan.
Setelah itu, aku melirik ke arah pintu masuk, ada anak perempuan, yang aku kira seangkatan denganku, aku sedikit tersenyum.
Setelah registrasi, rupaya dia anak kelas 2 SMP. Ini kali pertamanya dia rontgen.
Namanya dipanggil, ku lihat ia begitu ragu, Mama nya mendampingi, namun sesaat setelah itu, petugas bilang, "sendiri aja de"
Dia menoleh ke arah Mama nya, "gak papa kak, Mama tunggu disini"
Aku jadi ingat saat pertama kali rontgen, mungkin gak beda jauh sama dia.
Setelah itu banyak yang berdatangan dengan riwayat yang berbeda-beda
Akhirnya aku sadar,
Aku tidak sendiri...
Komentar
Posting Komentar