Langsung ke konten utama

Lirik lagu Cahaya Hati, Tak Terbit Lagi, dan Isyarat Kerinduan - Integrity Generation


Selasa, 14 April 2020

Hallo Sobat Integrity! Hari ini bertepatan pada 4 Th 8 Bln 19 Hr nya kita bareng-bareng ya:v
Sambil nunggu masa quarantine, kita nostalgia yuk:)
Barangkali ada yang lupa-lupa ingat sama lirik nya yakan?
Buat lagu nya, kalian sendiri aja yaa yang nyanyi, mhehe.

Cahaya Hati
Cipt. Putri Hariesa (IX A)

Aku teringat saat ku temukan cahaya itu
Langit kelam tanpa cahaya rembulan
Lelah ku mencari, cahaya jati diri
Hingga ku temukan kau di tempat ini

Sekian lama aku berada di bimbinganmu
Betapa ku rasakan kasih pengorbananmu
Namun nyatanya entah bagaimana ku membalasnya
Hanya kepada-Nya Yang Kuasa
Semua ini aku serahkan

Dengarlah (Dengarkanlah)
Nyanyianku ini (Nyanyian ini)
Nyanyian hanya untukmu
Kau kan slalu hadir dalam hati ini
Walau jauh inilah kita yang Bersama satu hati

Dengarlah (Dengarkanlah)
Nyanyianku ini (Nyanyian ini)
Nyanyian tuk cahaya hati
Kau kan slalu hadir dalam hati ini
Walau jauh inilah kita yang Bersatu dalam hati

Tak Terbit Lagi
Cipt. Putri Hariesa & Leni (IX A)

Bak matahari kau takkan terhenti
Slalu ada menyinari bumi
Meski sang Mentari harus pergi
Namun esok dia kan datang lagi

Masih ingatkah engkau akan janji kita
Terngiang indah menggetarkan jiwa
Kita sampai kapanpun kan tetap bersinar
Atas nama perjuangan ini

Sahabat
Bila esok Mentari itu tak terbit lagi
Akan adakah cahaya lain?
Yang hangat sepertimu, yang kuat seperti kuatmu
Jangan biarkan cahayaku meredup

Isyarat Kerinduan
Cipt. Putri Hariesa & Fina Nursafina (X MIPA A)

Kini, cahayaku tlah meredup
Ketakutanku kini menjadi nyata
Kepada siapa lagi aku harus bersandar?
Saat bahumu kini tak lagi ada

Indah cerita yang tlah kau cipta
Menemaniku dalam sunyinya dunia
Bersama melodi indah bayangmu bertahta
Mengulang janji diantara kita

Lantunan ini ku nyanyikan
Sebagai isyarat sebuah kerinduan
Tuhan slalu mendengarkan namamu dalam setiap do’a
Yang ku panjatkan

Nyanyian ini ku lantunkan
Sebagai arti sebuah kehilangan
Malaikat mungkin heran
Melihat diriku menangis tanpa alasan



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Introduce My Self

Hai! Saya Ira Yasha, lengkapnya. Umur 16 thn 11 bulan 13 hari, hari ini. Gak terlalu menyenangkan sih jadi saya, soalnya saya anak pertama. tapi saya harus banyak banyak bersyukur. . Yang jelas jangan terlalu percaya sama postingan-postingan nya, ntar musyrik. Sekian!

Officially, 19!

Yashh, today is my day. I like to tell it. Rasanya seneng aja, meskipun bukan orang yang diprioritaskan siapapun, tapi entah kenapa rasanya hari ini seneng banget, ofc karena mood lagi bagus sih. Warna-warni kehidupan kerasa banget karena ditemenin anak-anak angkatan yang tentunya adaaa aja ceritanya. Tapi tapi, masih gak ngerti sama diri sendiri, bisa bisanya di usia 19 masih mikirin gimana dia. Padahal itu gak perlu dibahas lagi, yaa anehnya selalu aja ada rasa penasaran tapi tetep terhalang sama kata gengsi dan tau diri. Jujur, bukan hal mudah melupakan berbagai macam kenangan, seburuk apapun dia, dia pernah hadir bahkan sampai mengisi hari. Ya, tapi sebisa mungkin udahlah ya, wkwk. Ya semoga diusia yang kian menyusut ini, bisa memperbaiki diri, lebih positif, bisa diandalkan, sehat terus, bahagia selalu, bisa bangkit, gak ngerepotin orang melulu, berkarya, berusaha, mandiri, kreatif, ambisius, daaaaannnnnn bisa mewujudkan keinginan orangtua, yang masih belum diketahui apa maunya, h...

Happy Sunday!

Hai, Aku mau berbagi sedikit cerita nih. Beberapa minggu lalu, aku kembali cek kesehatan, check-up maksudku. Aku melalui nya dengan tidak semangat, aku malu, aku terus-terusan merepotkan kedua orangtuaku. Sebenarnya, aku juga tidak mau melaui fase ini, setiap saat, setiap waktu, obat menemaniku, satu, dua, bahkan sampai 6 dalam sehari. Namaku dipanggil, aku masuk dengan langkah gontai, ditemani ayahku. semoga cepat berakhir , batinku. Dokter sedikit mengerutkan dahinya, dan bilang kalo aku harus melanjutkan pengobatan itu, lagi, dua bulan lagi. Aku terkejut, ingin rasanya aku menangis, aku melirik ke arah ayahku, ku perhatikan raut wajahnya, aku bisa melihat, dia begitu tidak percaya. Dokter bilang, aku tertular, bukan kambuh. Aku sedikit meringis, bagaimanapun juga aku berhubungan baik dengan oranglain. Mana mungkin aku tertular. Aku sedikit takut. -Flashback Rontgen pekan lalu, aku melihat seorang ibu, raut wajahnya tergambar sudah menunggu sejak tadi, saat aku duduk d...